Sabtu, 30 Desember 2017
Selasa, 26 Januari 2016
Matang kaladan
huhuuuuff.. setelah iri liat foto-foto teman-teman ku, yg sudah duluan kesana, dan aku yg ketinggalan karena lagi bergelut tugas akhir kuliah ku.
akhirnya tgl 24-25 tdi aku berangkat kesana, walaupun sebenarnya itu cuma bukit, tapi view nya oke lah.
bukit ini udah lama banget buming se antero banjarmasin, berhubung aku bukan anak kekinian, yang apabila ada bukit atau gunung yang lagi hits buru-buru mau kesana. yahh santai-santai aja dulu, toh ngk akan kabur, paling akan banyak sampahnya.hehe
prepare kesana, kami berangkat malm habis isya, berhbung ku tinggal di banjarbaru yahh, ngk jauh-jauh amat ke desa aranio. cuma memakan waktu stgh jam, mampir-mapir beli logistik.
pukul menunjukkan 20.30 kami sampai didesa terakhir, parkir motor, cuss nanjak. karna keseringan nanjak malam-malam, yah mata udah kya mata kelelawar.haha
anjritt..gua kelupaan bawa sinter, yang amat sangat wajib, syukr ada satu temanku yg bawa, kami nanjak cuma b'4.
2 orang ini lupa (termasuk aku), 1 org baru pertama kali ikutan, malam pula, dan 1 syukur bawa sinter, berhubung itu bulan-bulan januari, bulan jalgi terang-terangnya dibantu lah dengan cahaya bulan.
perjalanan kesana, semua jalan tanjakan semua, berhbung sekarang jadi bukit hits di kalsel, sekarang jalan nya dibikin kaya tangga-tanggaan. walaupun tetap masih tersedia tali. capekk tanjjakan semua.hehe
pukul 21,45 kami sampai di puncak, berhubung dibawah itu waduk riam kanan, yahh jadi bunyi disana di dominasi dengan bunyi kelotok (kapal kecil).
dari tengah malam sampai subuh, tuhh bunyi ngkk berhenti-henti, ada aja orang yang pulang-pergi.
dibawah bukannya lampu kota yang terlihat, tapi lampu-lampu keramba ( penangkaran ikan warga disana).
sesampai disana kami mendirikan tenda, berhubung ini musim hujan, jadi gemercik-gemercik cantik pasti adalah.hehe
pagi menjelang...saya masih ngatuk karna baru tidur jam 04.00 mata kayak cucut memaksakan diri untuk bangun dan mendokumentasikan moment-moment cantik.
berhubung ini bukit yak..dapat awan itu untung-untungan.hheee
udahh yakk capek ngetik, udahan dulu yak cerita-cerita cantiknya.huhuyy
akhirnya tgl 24-25 tdi aku berangkat kesana, walaupun sebenarnya itu cuma bukit, tapi view nya oke lah.
bukit ini udah lama banget buming se antero banjarmasin, berhubung aku bukan anak kekinian, yang apabila ada bukit atau gunung yang lagi hits buru-buru mau kesana. yahh santai-santai aja dulu, toh ngk akan kabur, paling akan banyak sampahnya.hehe
prepare kesana, kami berangkat malm habis isya, berhbung ku tinggal di banjarbaru yahh, ngk jauh-jauh amat ke desa aranio. cuma memakan waktu stgh jam, mampir-mapir beli logistik.
pukul menunjukkan 20.30 kami sampai didesa terakhir, parkir motor, cuss nanjak. karna keseringan nanjak malam-malam, yah mata udah kya mata kelelawar.haha
anjritt..gua kelupaan bawa sinter, yang amat sangat wajib, syukr ada satu temanku yg bawa, kami nanjak cuma b'4.
2 orang ini lupa (termasuk aku), 1 org baru pertama kali ikutan, malam pula, dan 1 syukur bawa sinter, berhubung itu bulan-bulan januari, bulan jalgi terang-terangnya dibantu lah dengan cahaya bulan.
perjalanan kesana, semua jalan tanjakan semua, berhbung sekarang jadi bukit hits di kalsel, sekarang jalan nya dibikin kaya tangga-tanggaan. walaupun tetap masih tersedia tali. capekk tanjjakan semua.hehe
pukul 21,45 kami sampai di puncak, berhubung dibawah itu waduk riam kanan, yahh jadi bunyi disana di dominasi dengan bunyi kelotok (kapal kecil).
dari tengah malam sampai subuh, tuhh bunyi ngkk berhenti-henti, ada aja orang yang pulang-pergi.
dibawah bukannya lampu kota yang terlihat, tapi lampu-lampu keramba ( penangkaran ikan warga disana).
sesampai disana kami mendirikan tenda, berhubung ini musim hujan, jadi gemercik-gemercik cantik pasti adalah.hehe
view yang terlihat dari atas |
berhubung ini bukit yak..dapat awan itu untung-untungan.hheee
sedikit moment kealay an gua |
menatap masa depan yang masih cuma ditatap.hehe |
Sabtu, 23 Januari 2016
Borneo Jelajah Alam.haha
salah satu surga nya kalsel,, walaupun saya ngk ikut. paling tidak, ini teman-teman ku dari 9 tahun yang lalu.
Selasa, 27 Oktober 2015
SEDIKIT ULASAN TENTANG AKU
Aku
mencintai Alam, aku mencintai keindahan yang berbau hijau, aku mencintai
petualangan, mimpi-mimpiku besar aku ingin menjelajahi Indonesia sebelum umur
25 tahun. Rumput hijau, bunga abadi, padang levender, hutan mati, danau indah
aku ingin menyentuh semua itu, aku ingin berjalan menapaki indah semua itu, aku
ingin menyentuhnya dengan tangan ku sendiri, aku ingin mencium tanahnya dengan
keningku sendiri.
aku tidak terlalu suka puncak gunung, aku lebih suka perjalanannya menuju puncak.
Walaupun
berbagai larangan terlontar dari keluargaku, tapi itu tidak mematah semangatku
untuk naik dan turun puncak gunung, yahh mungkin mereka bertanya-tanya pa yang
kucari disana, apa manfaatnya disana, menjelaskan percuma karna susah untuk
dimengerti, karna orang tidak pernah akan bisa mengerti kalau tidak mencoba
semua itu sendiri ataupun turun langsung sendiri.
Tapi
sedikitlah yang bisa kugambarkan aku percaya semakin jauh kita berjalan akan
semakin banyak pengalaman hidup yang kau dapatkan, karna hidup ini sekali,
Tuhan menciptakan alam yang indah ini untuk manusia nikmati, untuk manusia
syukuri betapa agungnya kuasa Tuhan. Alasan ku mendaki gunung, disana aku
belajar arti sebuah syukur dalam kehidupan ini, arti sebuah kebersamaan, saling
tolong menolong .
Mungkin
sebagian orang heran dengan aku yang suka turun naik gunung, yang biasa
cewek-cewek lain suka ke mall, nonton, belanja, aku lebih memilih menapaki
gunung yang menjulang tinggi karna disanaku menemukan kebahiagaan ku. Waktu
sibuk aku bela-belain luangkan waktu untuk kesana, mungkin bagi sebagian orang
yang tidak bisa mengambil kesimbulan dan makna dari semua itu menganggap bahwa
naik gunung itu capek, ga guna, ngantar nyawa, bagiku itu salah. Hidup itu
pasti mati, kita jangan takut dengan kematian, semua orang pasti meninggal Cuma
tidak tahu kapan, dengan cara yang seperti apa, dan di mana meninggalnya.
Bagiku capek iya, tapi itulah kebahagiaan nya, bukan puncak yang aku taklukin,
tapi diri sendirilah yang belajar aku taklukin.
Aku
merasa banyak hikmah dibalik hobby baruku, setelah selama ini akhirnya aku
menemukan kesukaanku, aku lebih tenang menghadapi kehidupan ini, dulu aku takut
menghadapi masalah sendiri, sekarang bisa ku atasi sendiri, aku lebih belajar
untuk dewasa, tidak manja kayak dulu,dulu manjaku minta ampun kepada ayahku,
sekarang udah mulai kukurangi, aku ingin membuktikan menjadi anak yang dewasa,
bijak dalam menghadapi kehidupan ini, sopan santun kujaga, tutur kata, sikap
semua mulai kujaga.
GALAU
Yahhh
galau kalau aku turun gunung, meskipun akun menyukai turunan kalau digunung,
tapi ternyata tidak enak juga kalau turun terus,,, back, aku sedih kalau turun
gunung, yahhh karna persoalan hidup yang ruwet menghadang didepan, tapi harus
kujalani, naik gunung yang capek aja aku bisa, masa masalah kecil aja mau
nyerah. Itu yang kutanamkan dalam hati dan pikiran ku kalau aku merasa jenuh
dan galau dengan semua persoalan hidup.
SENDIRI
Itu
yang aku suka, aku suka dengan kesendirianku, walaupun aku ngk munafik, kadang
aku sedih kalau terlalu kesepian karna temanku punya acara masing-masing dengan
patnernya, lahhh aku...hemmmm nikmati aja. Walau sendiri aku punya laptop yang
bisa diajakin curhat, dan Tuhan yang slalu ada dan mendukung semua yang
kuinginkan. Thanks GOD.
IMPIAN
Impian
ku banyak...terutama aku pengen cepat-cepat lulus, dan lanjutin kuliah lagi
disitu, iya disitu. Didaerah yang banyak gunungnya.hahaaha, semoga bisa dehh,
semoga ada bajettnya, semoga Tuhan ku memberi izin, dan mengabulkannya. Lalu,
aku pengen punya seseorang ahemmm yang bisa ajakin dan bawa aku keliling
Indonesia, menaikin gunung-gunung dipulau jawa, NTT, dll. Tapi, kapan!!!!itu
mah jawabannya Cuma Tuhan yang tau, mungkin Tuhan masih mempersiapkan yang
terbaik untukku. Yang sekarang-sekarang ini Cuma datang lalu pergi aku ngk
butuh yang itu. Aku Cuma butuh yang slalu ada, terima aku apa adanya, semua
yang kusuka didukung.haha ngak ada waktu buat main-main soal hati.
berbagi cerita
Maka
dari itu aku juga sebagai manusia membutuhkan seseorang yang dekat, untuk
berbagi semua keluh kesah ku.
Sudah
sekian lama sendiri, menghadapi semuanya sendiri, tegar dengan kesendirian.
Sesuatu tak diharapkan datang awalnya dia hanya teman, teman yang baru kenal,
tiba-tiba setiap hari, setiap waktu selalu mengirim message denagn isi selalu
ngabarin dimana dia dan aku berada dimana. Tak ada rasa apa-apa saat itu. Tapi
karena seringnya berkomunikasi membuat ku timbul sedikit perasaan lebih dari
sekedar teman. Waktu berlalu lebih cepat dari yang ku duga dia tiba-tiba
menghilang dan tak memberi kabar apapun lagi. Dalam hati aku terjebak lagi
dalam awal yang salah, yang pernah beberapa kali terjadi pada ku, mungkin sudah
biasa dan punya sedikit pengalaman sebelumnya aku tidak terlalu berharap lebih,
dan sudah waspada akhirnya akan sama, ternyata dugaan ku benar.
Aku tak
menyalahkan dia dalam kisah ini, mungkin aku yang salah. Tapi, tetap saja aku
merasa sakit, aku merasa sedih.
Akhirnya
aku memutuskan untuk tidak dulu memulai apapun itu yang berhubungan dengan
hati. Aku mencoba instropeksi diri dulu, mungkin aku yang salah jadi kisah itu
terulang lagi, ku mencoba perbaiki diri, agar tidak terjebak dengan kisah yang
sama lagi.
Kadang ku menyesal membiarkan mu
hadir dihidupku
Mungkin sekarang lebih baik jalani
hidup sendiri tak usah dulu membuka hati untuk siapapun. Fokus dengan sesuatu
yang sudah ada, bukan untuk mencari yang belum ada. Lebih baik nikmati hidup,
pergi kemana hati suka. Tidak usah dicari pasti akan datang sendiri.
perbaiki diri, dekatkan diri dengan Tuhan, kejar semua impian yang belum tercapai.
KETAKUTAN YANG HANYA DIPAHAMI PARA PENDAKI PEREMPUAN
Bagi sebagian wanita, mendaki gunung terlihat seperti sebuah kegiatan outdoor yang sangat menakutkan.
Harus berhari-hari berada di gunung, tidak mandi, terpapar sinar matahari, tidur di tempat ala kadarnya, atau diterpa badai. Tapi, ternyata di luar itu banyak pendaki kartini yang faktanya tangguh dan berani dalam mendaki, bahkan sampai di pelosok negeri.
Pendakian pertamaku pun sempat dihinggapi rasa takut dan khawatir.
Meskipun aku sangat bersemangat, namun dalam hati aku merasa ragu. Apakah aku bisa mendaki gunung yang amat tinggi itu? Belum lagi jalan yang menanjak, harus siap terpapar panas maupun hujan sewaktu-waktu. Aku takut apa nanti bisa mendaki dengan lancar atau justru akan merepotkan teman yang lain.
Tapi, ketakutan itulah yang justru membuat aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku pasti bisa.
Aku berkaca pada teman-teman wanita pendaki yang juga bisa melakukan pendakian ke puncak-puncak tertinggi. Dengan itu juga aku membekali diri di setiap pendakianku, bahwa selagi kita mau dan niat, pasti kita bisa. Dan yang terpenting selalu siapkan diri baik secara fisik maupun mental.
Ketakutan dipendakian pertama memang kerap menyambangi kaum wanita, terutama bagi mereka yang sama sekali belum familiar dengan kegiatan outdor yang cukup ekstrim.
Sebenarnya pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh diri kita sendiri, karena kitalah yang paham kondisi badan kita. Apa kita memiliki sakit berat, atau memiliki alergi udara dingin, dan semacamnya.
Pada dasarnya, jika kita para kaum wanita punya niat, tujuan, dan persiapan yang matang tentulah puncak bisa diusahakan.
Yang terpenting tahu batasan diri, dan tidak memaksakan batasan itu. Ingat, bahwa tujuan akhir dari mendaki bukanlah puncak, tapi rumah. Kiranya jika para wanita punya kondisi khusus, jangan segan menceritakan pada teman pendakian agar bisa dicarikan solusi bersama, dan para wanita pun tetap bisa mendaki dengan nyaman.
Wanita memang dikenal lebih ribet dibanding laki-laki. Sebelum wanita mendaki, terutama bagi para pemula, mereka pasti akan meributkan soal mandi dan buang air. Dulu pun di pendakianku yang pertama aku memikirkan hal itu.
Tapi, di gunung kita tak perlu merisaukan hal itu. Kita tak perlu mandi di gunung, kita bisa mandi di basecamp, sebelum atau sepulang dari mendaki. Jika di gunung ingin buang air, kita bisa mencari tempat yang sepi dan diperbolehkan untuk buang air.
Sebisa mungkin cari saja tempat yang jarang dilalui pendaki, dan jangan lupa minta tolong teman wanita lainnya untuk menjaga sekaligus menunggu barang kali ada orang lain yang lewat.
Jadi, bukan jadi persoalan yang harus ditakutkan sebenarnya.
Padahal, hal ini tidak mutlak terjadi. Para wanita bisa mendirikan dome sendiri dan tidur terpisah dari teman laki-laki. Hal semacam ini tentu juga akan dipertimbangkan teman pendakian lawan jenis.
Mereka biasanya membawa 2 tenda atau lebih sesuai kebutuhan agar dapat tidur terpisah antara wanita dan laki-laki.
Kita juga bisa berpesan sebelumnya kepada rekan mendaki kita agar sebisa mungkin tidur terpisah antara wanita dan laki-laki. Jadi akan tetap aman dan nyaman.
Sebelum menjadi pendaki yang menjelajah kemana-mana, tentu mereka dulu juga pemula yang belum pernah mendaki. Lantas kenapa harus takut?
Tentang jalur pendakian tentu bukanlah masalah, yang terpenting ajak orang yang sekiranya sudah paham dan pernah mendaki ke gunung yang akan dituju. Jadi para wanita, tak perlu mencemaskan hal semacam ini lagi.
Kemasi ransel dan pergilah mendaki.
Gunung memang tergolong kawasan liar yang tentu di dalamnya terdapat banyak sekali binatang liar. Kita hanya perlu berhati-hati dan waspada. Sejauh ini, jarang sekali terdengar berita adanya binatang liar yang menyerang pendaki. Tapi bukan berarti tidak ada.
Pastikan memilih jalur yang benar dan tidak membuat jalur sendiri, kemudian pilihlah kawasan tinggal sementara atau camping yang aman dan jauh dari semak-semak.
Jika perlu bawa beberapa peralatan senjata untuk perlindungan diri, misalnya pisau atau golok.
Usahakan untuk memakai pakaian yang tertutup, misalnya celana panjang, kaos lengan panjang, jaket, sarung tangan, kaos kaki, sepatu, penutup kepala, dan jika perlu masker penutup muka.
Ya, namanya juga wanita, kecantikan tetap jadi yang utama pastinya.
Gunakan juga produk krim yang mengandung sunscreen atau sunblock. Ini akan membantu kulit kita agar tidak terbakar ketika mendaki di siang hari. Gunakan juga lotion di bagian tubuh lain agar lebih aman dari sengatan matahari. Tapi ingat, jangan menggunakan make up berlebih, karena hal ini akan membuat kulit iritasi.
***
Ketakutan memang wajar bagi para pemula. Yang terpenting adalah niat dan pikiran positif. Mendaki bukanlah hal yang mustahil dilakukan oleh para wanita.
Harus berhari-hari berada di gunung, tidak mandi, terpapar sinar matahari, tidur di tempat ala kadarnya, atau diterpa badai. Tapi, ternyata di luar itu banyak pendaki kartini yang faktanya tangguh dan berani dalam mendaki, bahkan sampai di pelosok negeri.
Pendakian pertamaku pun sempat dihinggapi rasa takut dan khawatir.
Meskipun aku sangat bersemangat, namun dalam hati aku merasa ragu. Apakah aku bisa mendaki gunung yang amat tinggi itu? Belum lagi jalan yang menanjak, harus siap terpapar panas maupun hujan sewaktu-waktu. Aku takut apa nanti bisa mendaki dengan lancar atau justru akan merepotkan teman yang lain.
Tapi, ketakutan itulah yang justru membuat aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku pasti bisa.
Aku berkaca pada teman-teman wanita pendaki yang juga bisa melakukan pendakian ke puncak-puncak tertinggi. Dengan itu juga aku membekali diri di setiap pendakianku, bahwa selagi kita mau dan niat, pasti kita bisa. Dan yang terpenting selalu siapkan diri baik secara fisik maupun mental.
Ketakutan dipendakian pertama memang kerap menyambangi kaum wanita, terutama bagi mereka yang sama sekali belum familiar dengan kegiatan outdor yang cukup ekstrim.
1. ‘Kuat atau tidak ya?’
Sering kali beberapa teman wanita ingin bergabung dalam pendakian. Satu pertanyaan yang pasti muncul adalah, “Tapi nanti aku kuat nggak ya jalan sampai puncak?”Sebenarnya pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh diri kita sendiri, karena kitalah yang paham kondisi badan kita. Apa kita memiliki sakit berat, atau memiliki alergi udara dingin, dan semacamnya.
Pada dasarnya, jika kita para kaum wanita punya niat, tujuan, dan persiapan yang matang tentulah puncak bisa diusahakan.
Yang terpenting tahu batasan diri, dan tidak memaksakan batasan itu. Ingat, bahwa tujuan akhir dari mendaki bukanlah puncak, tapi rumah. Kiranya jika para wanita punya kondisi khusus, jangan segan menceritakan pada teman pendakian agar bisa dicarikan solusi bersama, dan para wanita pun tetap bisa mendaki dengan nyaman.
2. ‘Bagaimana kalau mau mandi dan buang air?’
Pertanyaan kedua, “Nanti di gunung gimana mandi dan buang airnya?”Wanita memang dikenal lebih ribet dibanding laki-laki. Sebelum wanita mendaki, terutama bagi para pemula, mereka pasti akan meributkan soal mandi dan buang air. Dulu pun di pendakianku yang pertama aku memikirkan hal itu.
Tapi, di gunung kita tak perlu merisaukan hal itu. Kita tak perlu mandi di gunung, kita bisa mandi di basecamp, sebelum atau sepulang dari mendaki. Jika di gunung ingin buang air, kita bisa mencari tempat yang sepi dan diperbolehkan untuk buang air.
Sebisa mungkin cari saja tempat yang jarang dilalui pendaki, dan jangan lupa minta tolong teman wanita lainnya untuk menjaga sekaligus menunggu barang kali ada orang lain yang lewat.
Jadi, bukan jadi persoalan yang harus ditakutkan sebenarnya.
3. Haruskah tidur satu tenda dengan teman lawan jenis?
Wajar saja jika hal ini membuat kaum hawa khawatir, ketika mereka mendaki bersama teman laki-laki dan membayangkan harus tidur bersama satu dome.Padahal, hal ini tidak mutlak terjadi. Para wanita bisa mendirikan dome sendiri dan tidur terpisah dari teman laki-laki. Hal semacam ini tentu juga akan dipertimbangkan teman pendakian lawan jenis.
Mereka biasanya membawa 2 tenda atau lebih sesuai kebutuhan agar dapat tidur terpisah antara wanita dan laki-laki.
Kita juga bisa berpesan sebelumnya kepada rekan mendaki kita agar sebisa mungkin tidur terpisah antara wanita dan laki-laki. Jadi akan tetap aman dan nyaman.
4. Saya tidak pernah mendaki dan tidak tahu jalurnya
Begitulah pernyataan seorang teman wanita yang cukup tertarik ikut mendaki setelah melihat foto-fotoku.Sebelum menjadi pendaki yang menjelajah kemana-mana, tentu mereka dulu juga pemula yang belum pernah mendaki. Lantas kenapa harus takut?
Tentang jalur pendakian tentu bukanlah masalah, yang terpenting ajak orang yang sekiranya sudah paham dan pernah mendaki ke gunung yang akan dituju. Jadi para wanita, tak perlu mencemaskan hal semacam ini lagi.
Kemasi ransel dan pergilah mendaki.
5. ‘Kalau ketemu binatang buas gimana?’
“Kalau nanti ketemu ular, singa, atau harimau gimana?”, ucap seorang teman yang sebetulnya sangat antusias untuk ikut mendaki.Gunung memang tergolong kawasan liar yang tentu di dalamnya terdapat banyak sekali binatang liar. Kita hanya perlu berhati-hati dan waspada. Sejauh ini, jarang sekali terdengar berita adanya binatang liar yang menyerang pendaki. Tapi bukan berarti tidak ada.
Pastikan memilih jalur yang benar dan tidak membuat jalur sendiri, kemudian pilihlah kawasan tinggal sementara atau camping yang aman dan jauh dari semak-semak.
Jika perlu bawa beberapa peralatan senjata untuk perlindungan diri, misalnya pisau atau golok.
6. Nanti kulitku hitam dan rusak
Tenang, wanita tetap akan terlihat cantik setelah mendaki. Bahkan akan terlihat lebih mempesona menurutku. Para pendaki kaum hawa hanya perlu tahu bagaimana melindungi kulit agar tidak terlalu hitam dan rusak.Usahakan untuk memakai pakaian yang tertutup, misalnya celana panjang, kaos lengan panjang, jaket, sarung tangan, kaos kaki, sepatu, penutup kepala, dan jika perlu masker penutup muka.
Ya, namanya juga wanita, kecantikan tetap jadi yang utama pastinya.
Gunakan juga produk krim yang mengandung sunscreen atau sunblock. Ini akan membantu kulit kita agar tidak terbakar ketika mendaki di siang hari. Gunakan juga lotion di bagian tubuh lain agar lebih aman dari sengatan matahari. Tapi ingat, jangan menggunakan make up berlebih, karena hal ini akan membuat kulit iritasi.
***
Ketakutan memang wajar bagi para pemula. Yang terpenting adalah niat dan pikiran positif. Mendaki bukanlah hal yang mustahil dilakukan oleh para wanita.
Untuk itu, hai kaum hawa, ayo segera siapkan energi dan ranselmu. Sudah banyak gunung menanti untuk didaki!
7 PRINSIP PERILAKU PENDAKI SEJATI
7 PRINSIP PERILAKU PENDAKI SEJATI
(By: Erika Aghniya. D)
Salam Lestari dalam Keberkahan Tuhan
Dalam kegiatan alam bebas, apapun itu bentuknya, menjaga dan memelihara alam adalah sebuah keharusan dalam kaitan dengan tidak memperparah kerusakan yang sudah ada, apalagi kegiatan perkemahan yang saat ini sedang meningkat trennya, maka turut menjaga kelestarian alam menjadi sebuah hal yang sangat perlu ditekankan. Ingat bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk merusak, dan saat ini itulah yang terjadi. Masalah sampah di gunung mulai banyak diberitakan, kotoran manusia yang mengganggu para pendaki.
Indonesia Expeditions sebagai penggiat kegiatan pendakian gunung mengajak para pendaki gunung khususnya untuk menerapkan prinsip Leave No Trace, dan dibentuklah sebuah organisasi internasional bernama Leave No Trace Center for Outdoor Ethics. Indonesia Expeditions sebagai rekanan resmi dari Leave No Trace for Outdoor Ethics mendorong para pendaki gunung khususnya dan semua orang pada umumnya untuk turut menerapkan prinsip ini demi menjaga kelestarian alam kita ini.
Leave No Trace terdiri dari tujuh prinsip, sebagai berikut:
1. Rencana ke depan dan Persiapan.
Hal ini meliputi:
a) tahu peraturan yang ada dan perhatian utama pada daerah yang dikunjungi;
b) Persiapkan untuk kondisi cuaca ekstrim, bahaya/resiko, dan kondisi darurat;
c) merencanakan perjalanan dengan baik, terutama makanan, peralatan, bahan bakar masak, dll agar tidak membawa terlalu berlebih;
d) mendaki dalam grup kecil. Pertimbangkan untuk membagi grup besar ke dalam grup yang lebih kecil;
e) mengemas ulang makanan yang dibawa untuk meminimalkan sampah; dan
f) gunakan alat navigasi seperti peta dan kompas/GPS untuk mengurangi penggunaan tanda jalan yang merusak seperti cat atau menjadi sampah seperti bendera atau tali.
2. Berjalan dan Berkemah pada permukaan yang tidak labil.
Yaitu a) permukaan yang tidak labil adalah jalur yang sudah dibuat termasuk area perkemahan, berjalan di atas batu atau kerikil, dan rumput kering, serta melintasi jalur yang sudah ada;
b) Jagalah sumber air dengan berkemah minimal 60 m dari danau atau sungai; dan
c) pembukaan lahan baru sebaiknya dihindari jika tidak sangat diperlukan.
3. Buang kotoran dengan tepat.
a) Pastikan tidak meninggalkan sampah pada area perkemahan atau tempat beristirahat pada jalur;
b) Kemas semua sampah dan bawa kembali turun;
c) Kotoran manusia dibuang dalam lubang dan jauh dari sumber air, kemah, dan jalur pendakian, serta tutup kembali lubang yang dibuat;
d) Tidak membuang tisu toilet atau produk pembersih lain sembarangan;
e) Tidak mencuci dekat sumber air jika menggunakan produk pembersih dan tidak membuang sampah makanan dekat sumber air.
4. Biarkan benda bersejarah atau Benda kuno
Yaitu a) tidak membawa atau tinggalkan apa yang ditemukan;
b) Lindungi masa lalu dengan cara periksa, tetapi tidak menyentuh artefak atau struktur sejarah dan kebudayaan jika menemukan;
c) Tinggalkan semua objek natural sebagaimana adanya;
d) Hindari memindahkan atau menempatkan spesies dari tempat lain ke tempat yang dikunjungi;
e) dan Tidak melakukan pembangunan apapun dengan sembarangan.
5. Minimalkan dampak dari perapian.
a) Gunakan alat masak ringan dan penerangan seadanya, senter atau lilin;
b) Tidak membuat perapian yang sangat besar atau gunakan hanya kayu yang sudah mati; c) Matikan perapian dengan benar dan Matikan bara dengan air dan sebar bara yang sudah padam.
6. Hormati satwa liar.
Yaitu: a) Amati satwa liar dari kejauhan dan Jangan mengikuti atau mendekati;
b) Jangan pernah memberi makan pada satwa liar karena memberikan makanan pada satwa liar akan merusak kesehatannya, merubah perilaku natural, dan memaparkannya pada pemangsa atau bahaya lain;
c) Lindungi satwa liar dan makanan anda dengan menyimpan perbekalan makanan dan sampahnya dengan aman;
d) Hindari satwa liar pada saat mereka sedang kawin, membuat sarang, membesarkan anak.
7. Pikirkan pengunjung yang lain.
Yaitu a) Hormati pendaki lain dan lindungi kualitas pengalaman yang mereka dapat;
b) Berperilaku sopan dengan pendaki lain;
c) Memberi jalan pada pendaki lain dengan menyisih di jalur;
d) Beristirahat dan berkemah tidak pada jalur; dan
e) Hindari menciptakan keramaian dengan suara keras.
Salam Lestari
Semoga Memberikan Manfaat
(By: Erika Aghniya. D)
Salam Lestari dalam Keberkahan Tuhan
Dalam kegiatan alam bebas, apapun itu bentuknya, menjaga dan memelihara alam adalah sebuah keharusan dalam kaitan dengan tidak memperparah kerusakan yang sudah ada, apalagi kegiatan perkemahan yang saat ini sedang meningkat trennya, maka turut menjaga kelestarian alam menjadi sebuah hal yang sangat perlu ditekankan. Ingat bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk merusak, dan saat ini itulah yang terjadi. Masalah sampah di gunung mulai banyak diberitakan, kotoran manusia yang mengganggu para pendaki.
Indonesia Expeditions sebagai penggiat kegiatan pendakian gunung mengajak para pendaki gunung khususnya untuk menerapkan prinsip Leave No Trace, dan dibentuklah sebuah organisasi internasional bernama Leave No Trace Center for Outdoor Ethics. Indonesia Expeditions sebagai rekanan resmi dari Leave No Trace for Outdoor Ethics mendorong para pendaki gunung khususnya dan semua orang pada umumnya untuk turut menerapkan prinsip ini demi menjaga kelestarian alam kita ini.
Leave No Trace terdiri dari tujuh prinsip, sebagai berikut:
1. Rencana ke depan dan Persiapan.
Hal ini meliputi:
a) tahu peraturan yang ada dan perhatian utama pada daerah yang dikunjungi;
b) Persiapkan untuk kondisi cuaca ekstrim, bahaya/resiko, dan kondisi darurat;
c) merencanakan perjalanan dengan baik, terutama makanan, peralatan, bahan bakar masak, dll agar tidak membawa terlalu berlebih;
d) mendaki dalam grup kecil. Pertimbangkan untuk membagi grup besar ke dalam grup yang lebih kecil;
e) mengemas ulang makanan yang dibawa untuk meminimalkan sampah; dan
f) gunakan alat navigasi seperti peta dan kompas/GPS untuk mengurangi penggunaan tanda jalan yang merusak seperti cat atau menjadi sampah seperti bendera atau tali.
2. Berjalan dan Berkemah pada permukaan yang tidak labil.
Yaitu a) permukaan yang tidak labil adalah jalur yang sudah dibuat termasuk area perkemahan, berjalan di atas batu atau kerikil, dan rumput kering, serta melintasi jalur yang sudah ada;
b) Jagalah sumber air dengan berkemah minimal 60 m dari danau atau sungai; dan
c) pembukaan lahan baru sebaiknya dihindari jika tidak sangat diperlukan.
3. Buang kotoran dengan tepat.
a) Pastikan tidak meninggalkan sampah pada area perkemahan atau tempat beristirahat pada jalur;
b) Kemas semua sampah dan bawa kembali turun;
c) Kotoran manusia dibuang dalam lubang dan jauh dari sumber air, kemah, dan jalur pendakian, serta tutup kembali lubang yang dibuat;
d) Tidak membuang tisu toilet atau produk pembersih lain sembarangan;
e) Tidak mencuci dekat sumber air jika menggunakan produk pembersih dan tidak membuang sampah makanan dekat sumber air.
4. Biarkan benda bersejarah atau Benda kuno
Yaitu a) tidak membawa atau tinggalkan apa yang ditemukan;
b) Lindungi masa lalu dengan cara periksa, tetapi tidak menyentuh artefak atau struktur sejarah dan kebudayaan jika menemukan;
c) Tinggalkan semua objek natural sebagaimana adanya;
d) Hindari memindahkan atau menempatkan spesies dari tempat lain ke tempat yang dikunjungi;
e) dan Tidak melakukan pembangunan apapun dengan sembarangan.
5. Minimalkan dampak dari perapian.
a) Gunakan alat masak ringan dan penerangan seadanya, senter atau lilin;
b) Tidak membuat perapian yang sangat besar atau gunakan hanya kayu yang sudah mati; c) Matikan perapian dengan benar dan Matikan bara dengan air dan sebar bara yang sudah padam.
6. Hormati satwa liar.
Yaitu: a) Amati satwa liar dari kejauhan dan Jangan mengikuti atau mendekati;
b) Jangan pernah memberi makan pada satwa liar karena memberikan makanan pada satwa liar akan merusak kesehatannya, merubah perilaku natural, dan memaparkannya pada pemangsa atau bahaya lain;
c) Lindungi satwa liar dan makanan anda dengan menyimpan perbekalan makanan dan sampahnya dengan aman;
d) Hindari satwa liar pada saat mereka sedang kawin, membuat sarang, membesarkan anak.
7. Pikirkan pengunjung yang lain.
Yaitu a) Hormati pendaki lain dan lindungi kualitas pengalaman yang mereka dapat;
b) Berperilaku sopan dengan pendaki lain;
c) Memberi jalan pada pendaki lain dengan menyisih di jalur;
d) Beristirahat dan berkemah tidak pada jalur; dan
e) Hindari menciptakan keramaian dengan suara keras.
Salam Lestari
Semoga Memberikan Manfaat
Langganan:
Postingan (Atom)
IMPLEMENTASI PROGRAM GIZI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sudah merdeka lebih dari 63 tahun. Namun persoalan gizi masih menghantui sebagian ...
-
Dental Unit . DENTAL UNIT A. Pengertian Dental Unit Denta...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sudah merdeka lebih dari 63 tahun. Namun persoalan gizi masih menghantui sebagian ...